Selasa, Februari 09, 2010

MEMBERI DENGAN KASIH


Salah satu topik yang diajarkan Tuhan Yesus dalam kotbah di bukit adalah hal memberi sedekah.
Memberi sedekah bagi bangsa Yahudi dilakukan supaya mereka mendapat perkenan Allah dan juga untuk mendapatkan pengampunan dari kesalahan serta dosa-dosa yang dilakukan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan para rabi Yahudi bahwa orang yang bersedekah lebih baik dibanding dengan orang yang mempersembahkan korban.
Namun ternyata banyak dari mereka (dan mungkin juga kita) yang memberikan sedekah dengan motivasi yang salah. Seringkali mereka memberi sedekah karena ingin dipuji orang, atau ingin menonjolkan diri atau dikenal sebagai orang yang murah hati dan sebagainya.
Tuhan Yesus tidak berkenan dengan pemberian sedekah yang didasari oleh keinginan untuk menyombongkan diri sendiri. Tuhan Yesus ingin supaya kita memberi dengan motivasi yang benar.
Bagaimana kita memberi dengan benar seperti yang dikehendaki Tuhan?


1. Memberi dengan kasih
Kata yang digunakan untuk menggambarkan tindakan “bersedekah” adalah “eleemosunen” yang artinya pemberian cuma-cuma sebagai wujud belas kasihan kepada orang yang membutuhkan. Tuhan Yesus menghendaki supaya dalam kita memberikan sedekah, harus didasari oleh belas kasihan, bukan yang lain. Jadi jika kita memberikan sumbangan atau sedekah dan kemudian kita ingin supaya nama kita dipampang atau dibacakan di depan orang, sehingga banyak orang memuji kita, maka pemberian kita itu tidak akan berkenan di hadapan Tuhan.
Atau jika kita memberi karena merasa terpaksa, gengsi, atau ingin menarik perhatian orang yang kita suka, atau alasan lain yang ujung-ujungnya hanya pada kepentingan diri kita sendiri, maka itu semua tidak akan berkenan di hadapan Tuhan.
Tuhan ingin agar kita memberi dengan didasari oleh kasih akan sesama kita yang membutuhkan, oleh karena itu Tuhan Yesus dengan jelas mengingatkan kita dalam Matius 6:3 “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu” artinya adalah bahwa dalam memberikan sedekah hendaknya secara pribadi, tidak perlu diumumkan atau dipamer-pamerkan. Terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris sehari-hari adalah “But when you help a needy person, do it in such a way that even your closest friend will not know about it” artinya kira-kira “jadi jika kalian membantu orang yang membutuhkan, lakukanlah secara diam-diam sehingga tidak ada yang tahu (bahkan sahabatmu pun tidak tahu)”.

2. Memberi karena sadar sebagai saluran berkat Tuhan
Jika kita memberi maka kita lebih baik atau lebih tinggi posisinya dibanding orang yang menerima. Hal ini sering terlintas dalam pikiran kita, bukan? Benarkah ini? Jawabannya adalah SALAH.
Kita harus sadar bahwa semua yang ada pada kita adalah pemberian dari Tuhan. Sehingga jika kita mampu menjadi saluran berkat untuk orang lain, itu semua adalah karena pemberian Tuhan saja.
Jika kita memberi sedekah atau bantuan, bukan berarti kita lebih baik atau lebih tinggi posisinya dengan orang yang menerima bantuan kita tersebut. Dalam memberikan sedekah, kita harus selalu ingat bahwa kita hanyalah saluran berkat dari Tuhan. Dan semua yang ada pada kita berasal dari Tuhan sehingga Tuhan lah yang harus dimuliakan bukannya diri kita.

3. Memberi dengan rela
Ada sebuah cerita tentang seorang nelayan dengan perahunya yang bocor. Ceritanya begini:
Suatu hari nelayan ini berlayar ke laut untuk mencari ikan. Setelah sekian lama berada di tengah laut, perahunya mulai penuh dengan ikan hasil tangkapan. Nelayan ini senang sekali dan bersiap untuk pulang ke darat.
Namun ternyata dia baru sadar bahwa perahunya bocor… air sedikit demi sedikit mulai masuk ke dalam perahunya. Si nelayan ini merasa ketakutan kalau-kalau perahunya akan tenggelam, sehingga dia segera berdoa kepada Tuhan, katanya, “Tuhan, tolonglah hambaMu ini… hamba berjanji jika Tuhan tolong hamba sampai ke darat, maka separuh dari hasil tangkapanku ini akan hamba persembahkan ke gereja.” Rupanya doanya ini terkabulkan sehingga perahu itu terus melaju ke darat dan makin mendekati pantai.
Nelayan ini mulai hilang ketakutannya dan berpikir, “ ah, jangan-jangan bocornya ini memang kecil dan tidak parah-parah amat. Tuhan, Engkau kan Maha Pemberi. Engkau sebenarnya tidak membutuhkan sesuatu. Tuhan, maafkan hamba, nelayan yang miskin ini. Dan, hamba yakin, Engkau akan memaafkan hamba. Seperempat dari hasil ikan-ikan ini, yang akan hamba sumbangkan.” Tuhan memang Maha Pemaaf, perahunya melaju terus dan sudah dekat sekali dengan pantai.
Si nelayan berpikir lagi, “Tuhan, maafkan hambaMu ini, nelayan yang miskin ini. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga hamba saja hamba tidak mampu. Namun seperti janji hamba tadi, hamba akan persembahkan hasil dari penjualan satu ekor ikan.”
Sesampainya di pantai, nelayan ini berpikir lagi, “ Tuhan, Engkau Maha Pemberi, Maha Pemaaf. Apa yang Engkau butuhkan? Hamba manusia biasa, tidak dapat memberi sesuatu kepadaMu. Bagaimanapun juga hamba mengucapkan terima kasih atas pertolonganMu. Hasil penjualan ikan-ikan ini sangat hamba perlukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga hamba. Hamba yakin Engkau mengetahui keadaan hamba. Terima kasih Tuhan, terpujilah NamaMu!”
Seringkali kita sama seperti nelayan ini, kita tidak rela dengan apa yang kita berikan pada orang lain dan mulai membuat alasan-alasan untuk membenarkan diri sendiri. Banyaknya pertimbangan untuk kepentingan diri sendiri saat kita hendak memberikan bantuan membuat kita tidak dengan rela membantu sesama yang membutuhkan. Jika kita akhirnya memberikan bantuan, namun dengan hati yang tidak rela seperti ini, maka Tuhan tidak akan berkenan dengan hal itu.

Tuhan ingin jika kita memberikan sedekah, maka kita memberi dengan rela dan didasari motivasi yang benar yaitu kasih serta selalu sadar bahwa kita ini adalah saluran berkat dari Tuhan. Segala Kemuliaan hanya bagi Tuhan saja. Amin.

1 komentar:

  1. Shalom. Amin. Kita dari Sidoarjo bangga karena anak2 Tembagapura bisa memancarkan ketulusan hati dalam hal memberi dalam kasih.
    Salam dari Dave, Thessa n Ebenna Worabai di Sidoarjo buat teman2 di SM n PAR GKI Kalvari Tembagapura

    BalasHapus